Dinas Cipta Karya Sultra Rehabilitasi Permukiman Kumuh Jadi Ikon Wisata Budaya

oleh -1115 Dilihat
Kantor Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang (Foto Om Ulank)

FOKUSNEWS.ID, KENDARI – Pemeritah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang akan bangun kawasan kumuh menjadi destinasi wisata budaya.

Sulawesi Tenggara dikenal dengan kekayaan alam dan budaya yang memikat, menjadikannya tujuan wisata utama baik bagi wisatawan lokal maupun internasional. Kawasan Wakatobi, misalnya, menawarkan keindahan alam bawah laut yang mempesona, dengan terumbu karang yang diakui dunia, menarik banyak penyelam.

Tak hanya itu, provinsi ini juga kaya akan budaya, seperti tradisi tenun khas Konawe dan situs sejarah Benteng Keraton Buton yang mencerminkan kejayaan masa lalu.

Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang Sultra Martin Efendi Patulak (kiri) bersama Kabid Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Sultra La Liusu
(Foto Om Ulank)

Namun, di balik potensi wisata yang luar biasa, Sulawesi Tenggara masih menghadapi tantangan besar dalam bidang permukiman.

Berdasarkan data Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang, terdapat sekitar 1.127,36 hektar kawasan permukiman kumuh dengan 165.657 unit rumah yang tidak layak huni. Hal ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, meski provinsi ini memiliki potensi wisata yang sangat besar.

Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang Sulawesi Tenggara, Martin Efendi Patulak, mengatakan bahwa kondisi permukiman kumuh tersebut harus segera ditangani, mengingat dampaknya terhadap kualitas hidup dan perkembangan wilayah.

Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang Sultra Martin Efendi Patulak (Foto Om Ulank)

“Oleh karena itu, Dinas Cipta Karya meluncurkan program rehabilitasi kawasan kumuh menuju kawasan destinasi wisata budaya yang bertujuan tidak hanya memperbaiki fisik kawasan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan,” ujur Martin Efendi kepada media baru-baru ini.

Program ini dirancang untuk mengubah kawasan kumuh menjadi kawasan wisata budaya yang dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan menarik wisatawan.

Namun, implementasinya menghadapi beberapa tantangan kebijakan, antara lain keterbatasan anggaran, kurangnya koordinasi antar instansi, rendahnya partisipasi masyarakat, minimnya tenaga ahli, dan peraturan daerah yang belum memadai.

Martin Efendi juga menyarankan strategi komprehensif untuk mengatasi kendala ini, seperti pengembangan model pembiayaan inovatif, penguatan kelembagaan dan koordinasi antar instansi, serta peningkatan partisipasi masyarakat.

Ia juga menekankan pentingnya pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan melestarikan budaya lokal, agar Sulawesi Tenggara tetap menjadi destinasi wisata autentik yang diminati wisatawan.

Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang Sultra Martin Efendi Patulak (Foto Ist)

Dengan pendekatan yang menyeluruh, Martin optimis program rehabilitasi ini akan membawa manfaat besar, baik dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat maupun pelestarian budaya, serta memperkuat daya saing pariwisata Sulawesi Tenggara di tingkat nasional dan internasional.

Melalui pendekatan yang menyeluruh ini, Martin optimis bahwa program rehabilitasi kawasan kumuh menuju destinasi wisata budaya akan membawa manfaat besar bagi masyarakat Sulawesi Tenggara, baik dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi maupun pelestarian budaya.

Upaya ini diharapkan dapat memperkuat daya saing pariwisata Sulawesi Tenggara dan menarik minat wisatawan untuk tidak hanya menikmati keindahan alamnya, tetapi juga mendalami nilai-nilai budaya yang ada. ADV

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.